Pages

Thursday, February 5, 2009

(un)wanted pregnancy

Fakta menurut data dari Dinas Kesehatan, setiap tahunnya sekitar dua juta kasus aborsi terjadi di Indonesia. Dan hampir 95 persen adalah akibat kehamilan yang tidak diinginkan. Unwanted pregnancy kembali menjadi isu, apalagi yang mengalaminya kebanyakan adalah cewek usia remaja. Well, SPICE! nggak akan membahas panjang lebar soal apa dan mengapa kasus ini bisa terjadi. Tapi SPICE! ingin mengajak siapa saja yang mengalami hal ini untuk berpikir jernih, lalu memutuskan yang terbaik bagi hidupnya dan si jabang bayi.

First thing first
Let’s see, hal apa yang paling kamu takutkan ketika test pack menunjukkan hasil positif? Orang tua, nasib pendidikan atau karier atau rasa malu? Oke, kita akan coba singkirkan satu per satu ketakutan yang membayangimu. Tapi sebelumnya, pastikan kamu dalam keadaan tenang. SPICE! mengerti kok, nggak gampang untuk menenangkan diri ketika dalam keadaan panik lantaran hamil. Iya, ini masalah yang sangat besar. Masalah yang menyangkut masa depan dan keluarga. Tapi sekali lagi, karena ini menyangkut hal penting dalam hidupmu, keputusan yang diambil pun harus dipikir matang dan nggak gegabah. Untuk itu SPICE! bakal jabarkan beberapa hal penting yang harus kamu lakukan di saat ‘genting’

1.Calon bapak.
Ketika kamu menerima surat dokter yang menyatakan kamu hamil, segera beri tahu ayah dari calon anakmu. Ini penting karena dia juga merupakan bagian dari kehidupan si bayi. Saran SPICE!, bicarakan hal ini face to face, dengan kepala dingin dalam suasana tenang. Hal terpenting adalah kamu harus tahu di mana dia berdiri. Artinya, apa dia ingin bertanggung jawab atau melepaskan calon anaknya. Masalah akan makin ringan ketika dia ingin bertanggung jawab terhadap dirimu dan si bayi. Jika tidak, tanyakan alasannya. Akan banyak perdebatan dan emosi yang terlibat ketika dia menolak untuk bertanggung jawab. In case, the worst scenario sould happen, beri tahu salah satu sahabatmu tentang kehamilan ini sebelumnya.
2.Tentangmu.
Setelah kamu tahu apa yang dipikirkan dan diinginkan si calon bapak, saatnya kamu memikirkan tentang dirimu sendiri. Apa pendapatmu tentang kehamilan ini, apa yang kamu rasakan terhadap bayi dalam perutmu, apa yang kamu inginkan dari hidupmu lima tahun ke depan, apa yang akan kamu lakukan jika kamu memertahankan bayi ini, apa ada pilihan lain selain ‘melepaskannya’ tapi juga nggak memeliharanya. Well, ini memang nggak mudah karena akan ada sejuta dilema yang bakal menyerang dan memengaruhi perasaanmu. But stand up straight! Tanyakan pada hati kecilmu apa yang kamu inginkan. Dan yang terpenting, dalam tahap ini tutup kupingmu untuk sementara waktu dari segala opini dan pendapat orang lain soal kehamilanmu. Namun jangan lupa, kamu nggak cuma memikirkan kepentinganmu tapi juga bayi dalam kandungan.
3.Orang tua.
Oke, mungkin ini adalah tahap terberat yang harus kamu lakukan. Ya, memberitahu orang tua soal kabar buruk nggak akan pernah jadi persoalan mudah. Bahkan ketakutan terbesar mungkin adalah menghadapi orang tua. Makanya sebelum kamu menghadap mereka, pikirkan hal terburuk yang mungkin terjadi padamu atau orang tuamu. Dan anggaplah hal itu pasti akan terjadi. Misalnya, dimaki-maki, diusir dari rumah, atau salah satu orang tuamu bakal pingsan bahkan shock berat. Well, hal tersebut sangat wajar terjadi. Mengingat kekecewaan besar bakal kamu berikan pada mereka. Usahakan jangan lari dari orang tuamu, karena biasanya setelah kemarahan mereda, mereka punya solusi yang terbaik bagimu. Di antaranya, ‘mengejar’ tanggung jawab si pacar sampai ke pihak keluarganya, atau memberikanmu tempat teraman agar dapat menjalani masa kehamilan dengan tenang.

Pilihan
Dalam kasus ini, mungkin kamu pikir akan hanya ada pilihan take it or leave it. Keduanya sama-sama berisiko, namun juga menawarkan jalan keluar. Pilihan yang menjadi jalan pintas biasanya adalah menggugurkan kandungan. Jalan ini dipilih karena dianggap tidak berimbas banyak terhadap kehidupanmu. Namun menurut dr. Yusma, risiko menggugurkan kandungan cukup berat. Awalnya, aborsi hanya dilakukan pada kehamilan tidak normal atau berisiko terhadap kesehatan calon ibu. Namun belakangan cara aborsi justru dipilih untuk menutupi rasa malu calon orang tua. Dampak terburuk dari aborsi adalah pendarahan hebat yang bisa menyebabkan kematian. Hal ini nggak jarang terjadi karena biasanya praktek aborsi dilakukan bukan oleh tenaga profesional atau biasa disebut unsafe abortion. Selain itu, dampak psikologisnya juga bisa berkepanjangan. Seperti yang dirasakan Ryan (25 thn) – bukan nama sebenarnya, “Gue pernah memaksa pacaruntuk aborsi. Hingga kini gue masih merasakan penyesalan yang dalam, karena seandainya gue punya sedikit saja keberanian untuk bertanggung jawab pasti sekarang anak gue sudah bisa memanggil gue dengan sebutan ‘Papa’.”
    Pilihan lainnya adalah dengan mepertahankan bayi. Memang, ini akan menjadi sulit bagimu ketika harus menanggung malu karena perut akan terus membesar. Namun konseling yang biasanya diberikan dokter kandungan atau psikolog akan banyak membantu. Kesiapan mental menjadi seorang ibu juga kadang jadi pertimbangan. Tapi semua dapat diatasi dengan berbagai pilihan. Ingat film Juno? Sebagai gadis remaja dia merasa nggak sanggup untuk jadi ibu bagi anaknya. Untuk itu dia mencari pasangan yang ingin memelihara anaknya kelak. Hal tersebut bisa juga jadi pilihan jika kamu merasa nggak siap untuk anak ini. Carilah pasangan atau keluarga yang bersedia merawat dan membiayai calon bayimu hingga besar nanti. Atau, jika mampu, jadilah single parent. Pertahankan dan pelihara bayimu. Menurut dr. Yusma, keputusan untuk menjadi orang tua tunggal biasanya akan membawa si calon ibu ke tahap pendewasaan diri lebih cepat. Hal ini bagus karena kondisi kejiwaan ibu, akan sangat berpengaruh pada kesehatan bayi. Dan hal tersebut banyak dialami pasiennya yang memutuskan untuk menjadi single parent sebelum melahirkan.

evi nurulita for SPICE!

2 comments: