Saya mulai ngeh siapa Obama ketika dia mencalonkan diri dan melawan Hillary untuk presiden AS. Saya juga baru tahu kalau dia pernah tinggal di Indonesia, bahkan bersekolah di sini. Kedengaran agak konyol atau kebarat-baratan, tapi saat itu saya merasa bangga, entah kenapa. Padahal saya tahu dia bukan berdarah Indonesia melainkan Kenya-Amerika. Mungkin saya terlalu berharap kalau kehadirannya di politik dunia berimbas ke negara kita. Ya, saya memang nggak terlalu ngerti politik, tapi sedikit-banyak saya yakin bahwa Indonesia pernah ada untuk Obama dan dia akan melakukan sesuatu untuk ‘Indonesia-nya’.
Hah, kemudian saya sadari pikiran itu sungguh sangat dangkal. American is still American, nothing more, nothing less. Barack Hussein Obama II may be half Indonesian, or Kenya’s. But he’s still an American.
“Saya kalah. Saya telah melakukan kesalahan. Tapi semua ini harus memperbaiki. Dan itu yang menjadi fokus saya selanjutnya.” Barack Obama talked about his unsuccessful bid for a seat in the U.S of Representatives.
Ah, andai saja pemimpin kita mau berlapang dada menerima kekalahan dan kesalahan lalu mau memperbaikinya. Mungkin harapan rakyat ini bakal seoptimisis orang Amerika saat menyambut Obama di konvensinya.
Yup, Indonesia pun tengah menantikan ‘Obama-nya’ sendiri.
No comments:
Post a Comment